Wednesday, January 11, 2012

Macam-Macam Ujian


Oleh Hadassah, disarikan dari pengalaman hidupnya berjalan bersama Tuhan.
Semua manusia pasti melalui sebuah fase pertumbuhan dalam hidup.  Dan tidak semuanya berjalan mulus seperti apa yang diinginkan. Di akhir setiap kejadian, selalu ada “persimpangan keputusan” dan itulah “ujian akhir” yang harus dilewati.  Reaksi atas setiap kejadian  dalam hidup kita menentukan  hidup kita selanjutnya. Macam-macam ujian itu adalah :
  1. Ujian kesetiaan
Di akhir sebuah kejadian, akan ada ujian dimana kita diperhadapkan pada suatu persimpangan dimana kita harus memutuskan apakah kita akan tetap berada di situ ataukah kita akan pergi meninggalkan tempat itu.  Yang harus dipastikan adalah :
a.        jangan pernah meninggalkan begitu saja ‘apa yang belum dituntaskan’. Seorang pejuang sejati tidak pernah meninggalkan pekerjaan/tugas yang belum diselesaikan dan meninggalkannya terbengkalai. Tuhan tidak ingin anak-anakNya menjadi seorang pengecut. Tuhan ingin setiap anak-anakNya menuntaskan dengan kuat apa yang menjadi bagian yang harus dituntaskannya dalam hidup. Jangan sampai tergoda oleh tawaran manis apapun juga.  Kadang kelelahan dan kejenuhan akan memaksa kita untuk berhenti dan meninggalkan tanggung jawab yang harus kita selesaikan.  Istirahat sejenak boleh, agar jiwa kita disegarkan. Tapi jangan sekali-kali berhenti. Tuhan mencari anak-anakNya yang setia pada perkara yang kecil dan menyelesaikan tanggung jawabnya, sampai masanya tiba, Ia sendiri akan menuntun anda keluar menuju tanah perjanjian yang Ia janjikan.
b.      Jangan sekali-kali anda pergi tanpa mendengar langsung dari Tuhan agar anda pergi, karena bila anda tidak mendengar dengan jelas dan hanya dengan nafsu, mengambil keputusan untuk pergi,  maka suatu saat ketika anda mengalami masa sukar, anda akan mengalami kekecewaan dan kepahitan kepada Tuhan, karena anda merasa janjiNya tidak tergenapi. Hidup anda adalah keputusan anda bersama dengan Tuhan, dan tidak dipengaruhi oleh orang lain. Seorang nabi dengan kuasa nubuat terbesar pun tidak dapat berbuat apa-apa, karena ini adalah hidup anda dan andalah yang mengambil keputusan. Jadi putuskanlah sendiri bersama dengan Tuhan. Sekalipun seorang nabi memberi nubuatan, bila anda tidak mendengar sendiri dari Tuhan, maka jangan ambil keputusan apapun, karena bila suatu saat anda mengalami kegoncangan, anda akan dengan mudah menyalahkan Tuhan dan nabiNya, bila anda sendiri tidak mendapat rhema dari Tuhan.
c.       Pastikan bahwa ketika Tuhan yang berjanji, maka Ia yang akan menggenapi. Jangan memaksakan diri anda untuk menggenapi rencana yang Tuhan buat untuk anda, tapi Tuhan lah yang akan menggenapinya untuk anda. Jadi berhentilah khawatir bila rencanaNya tidak tergenapi, karena bila  itu yang Ia mau, tidak ada satu pun yang dapat  menggagalkan rancanganNya dan Ia pasti menggenapinya. Satu yang perlu anda doakan adalah ‘berjalan dalam ketepatanNya’ dan ‘menyelesaikan sampai garis akhir’. Nikmatilah hidup dan jangan ngoyo.  Ketika Tuhan diam, anda tidak perlu memaksaNya menjawab pertanyaan anda. Nikmati saja keintiman denganNya. Berdiam di bawah kakiNya dan nikmati kedekatan anda denganNya sehingga Tuhan sendiri turun tangan dan meredakan semua gemuruh dan badai di hati anda. Ketika Tuhan suruh berjalan, maka berjalanlah, ketika Tuhan suruh anda berhenti, berhentilah. Ketika Tuhan suruh anda meratap, merataplah. Ketika Tuhan suruh anda bersukacita, bersukacitalah. Tuhan tau kapasitas hidup kita. Dan berjalanlah dalam pimpinan Tuhan dan jangan biarkan diri anda dan ego anda dan semua sifat perfeksionis anda memimpin anda, tapi biarlah Tuhan mengambil alih semuanya. Hidup maksimal buat Tuhan bukan berarti kita harus ngoyo. Hidup maksimal buat Tuhan adalah hidup ‘tepat’ seperti yang Tuhan mau. Susah payah tidak akan menambah apapun bahkan tidak menambah kekayaan anda di bumi. Ngengat dan karat akan menghancurkannya. Tapi hidup ‘tepat’ seperti yang Tuhan mau adalah ‘tepat’ dalam segala hal dan tidak ada yang meleset sehingga setiap hal yang kita perbuat tepat seperti yang Tuhan inginkan. “Tepat seperti yang Tuhan inginkan” bukan berarti kita harus mati-matian  babat habis hajar iblis bahkan rela mati konyol. Lakukan dengan ketepatan dan otoritas maka hasil yang dicapai akan maksimal seperti apa yang Tuhan mau.
  1. Ujian kasih
Ujian kasih adalah ujian yang berat. Mengapa? Karena saat ini dunia mengalami krisis kasih. Kasih di dunia telah menjadi dingin dan tawar. Sehingga ketika ada seorang yang benar-benar tulus ingin memberikan kasih kepada anda, maka terkadang otak kita memblokir dengan berkata ‘apa tujuannya?’.  Ujian kasih adalah ujian ketulusan. Bisakah kita mengasihi Tuhan dan orang lain dengan tulus tanpa sebuah embel-embel “kalau aku berbuat ini, maka aku akan mendapat ... “. Ujian ini menguji warna hati kita yang sesungguhnya di hadapan Tuhan. Bagi seorang yang perfeksionis dan sempurna, ujian ini akan terasa sangat sulit. Karena di sini ia akan dituntut untuk bisa mengasihi tanpa memperoleh imbalan apapun. Mungkin dalam hal memberi orang dengan tipe perfeksionis tidak akan kesulitan. Tapi dalam hal memperoleh “sebuah pemberian” maka  tingkat ujian kasih ini semakin meningkat, ia akan merasa ketakutan dan merasa khawatir karena itu berkaitan dengan ego dan gengsinya. Karena apa yang ada di dalam otaknya adalah berbagai macam pertanyaan : mengapa mereka berbuat baik kepadaku? Apa tujuannya memberi hadiah yang bertubi-tubi untukku? seharusnya aku yang memberi itu untuk mereka tapi mengapa justru mereka yang memberi untukku??   konflik di dalam otak akan semakin meningkat ketika seorang yang jauh dari standart ukuran “sempurna” mencoba untuk berbagi dengan tulus untuknya. Ia akan segera menolaknya dan menganalisis dengan otaknya bahwa ada tendensi tertentu yang sedang diciptakan untuk menghancurkan hidupnya. Berbagai tipuan ,iblis ciptakan untuk membuat seorang perfeksionis merasa bahwa dirinya jauh lebih baik dari siapapun dan tidak berhak menerima kasih yang tulus, dan hanya dialah yang berhak memberi bukan diberi. Jangan biarkan iblis menghancurkan anda dengan mereka-rekakan pikiran-pikiran ruwet dan kacau agar badai di hati anda tidak reda.
Ujian kasih ini berlaku juga antara kita dengan Tuhan. Sebuah contoh simple, ketika kita memberikan sebuah persembahan kepada Tuhan. Apa yang ada di otak kita?? Apakah kita memberikannya dengan Tulus?? Hm.. butuh 31 tahun bagi saya untuk mengerti arti memberi persembahan dengan tulus kepada Tuhan. Semula memberi persembahan kepada Tuhan adalah mengembalikan apa yang menjadi haknya Tuhan. Dan memberi jumlah maksimal yg saya mampu beri akan membahagiakan Tuhan. Tapi baru saya sadari bahwa semua adalah kepunyaan Tuhan. Dan memberi maksimal dan habis-habisan buat Tuhan belum tentu membuatNya bahagia. Buat apa Ia memintaNya toh semua adalah milikNya. Suatu ketika saya membaca sebuah novel karangan Tommy Tenny yang berjudul Hadassah (Ester). Ia memiliki waktu 1 tahun mempersiapkan diri untuk 1 malam bersama Raja. Satu malam itu menentukan apakah ia akan menjadi ratu atau akan menjadi seorang gundik yang dilupakan oleh Raja. Semua calon ratu sampai pada masa ia boleh mengambil semua perhiasaan kerajaan dan boleh mengenakannya untuk malam pertama bersama raja. Semua mengambil perhiasan mewah itu dan mengenakannya di malam pertama, tapi bagi Raja, itu sangat norak. Raja tahu bahwa perhiasan itu semua adalah miliknya. Dan raja tahu bahwa calon ratu itu mengenakan semua perhiasan itu agar setidaknya, kalaupun ia tidak menjadi ratu, ia bisa memiliki smua perhiasan yang menempel di tubuhnya. Tapi justru itu membuat raja marah dan menyuruh pegawainya untuk merampas kembali semua perhiasan yg dipakai calon ratu itu. Apa yang dilakukan hadassah adalah, ia hanya memakai sebuah kalung kecil berlambang bintang susan, dan memberikan kalung itu untuk raja hanya karena ia ingin agar raja tidak melupakannya. Dan kelak kalau raja ingin memanggilnya, ia tau siapa yang diinginkannya. Hadassah bertemu dengan raja dan ia ingin bisa mencintai raja itu karena ia telah mengorbankan 1tahun untuk mempersiapkan segalanya agar raja suka dan memilihnya menjadi ratunya. Tubuh, jiwa roh kita adalah milik Tuhan. Siapa sebenarnya yg jadi tuan atas hidup kita?? Raja diatas segala raja atau Berkat dari Raja di atas segala Raja?? Janda miskin yg memberi seluruh hartanya kepada Tuhan sangat memikat hati Yesus. sebenarnya Tuhan tidak pernah berbicara tentang berapa banyak jumlah persembahan yang kita beri. Bukan besarnya uang yang kita berikan pada Tuhan. Bukan pula karena janda itu memberi ‘semua’  uangnya kepada raja. Karena buat Tuhan itu tidaklah penting. Tapi seberapa CINTA anda pada Tuhan. Dan alasan serta motivasi hati anda memberikan semuanya.. itu lebih utama, karena Tuhan tidak suka orang yang berpolitik denganNya. Suatu ketika Tuhan ingin saya mempersembahkan sejumlah uang. Pikir saya, saya akan memberi jumlah yang jauh lebih besar dari yang Tuhan tetapkan. Tapi ternyata Tuhan hanya mau 20ribu rupiah saja. Tuhan berkata “bukan jumlah uang yang Aku mau, tapi memberi dalam ketapatan. Mengapa engkau ingin memberi banyak, nak? Agar engkau memperoleh berkat banyak?? Aku memberi berkat tidak tergantung kepada banyaknya pemberianmu kepadaKu. Aku menerbitkan matahari kepada semua orang. Aku hanya mau mengajarkan engkau untuk memberi dalam ketepatan. Angka 2 berarti keintiman dan angka 0 berarti hati hamba. Jadi pemberian tanpa keintiman kepadaKu dan hati hamba, semua sia-sia.”
  1. Ujian pengorbanan
Ini adalah ujian yang membutuhkan sebuah kerelaan hati. Tanpa kerelaan hati, tidak akan bisa lolos dalam ujian ini. Karena dalam ujian ini kita akan benar-benar ditampi, dibentuk, diremukkan, dihancurkan, dan dimatikan semua kedagingan dan semua yang tidak berkenan di hadapan Bapa. Di sini kita benar-benar mengalami sebuah pemurnian. Apa yang tidak berkenan benar-benar harus dibuang sehingga apa yang murni itu timbul. Seperti hadassah yang harus mengalami mandi rempah selama 1 tahun, seperti itulah ujian pengorbanan. Semua kepahitan yang mengakar di hati dicabuti, semua luka yang bernanah dibersihkan dan dioperasi, semua yang membusuk ditherapy. Dan tanpa kerelaan hati, maka tidak akan lolos dalam ujian ini. Mengapa?? Karena diobati itu tidak enak. Diobati melalui perkataan nubuatan yang menghujam ke dasar hati yang terdalam. Nubuatan yang menyerang semua ego kita dan semua gengsi kita dipertaruhkan. Relakah anda?? dihakimi?? Sepertinya oleh manusia, tapi ternyata itu betul adalah perkataan nubuatan dari hamba Tuhan. Dan bisakah anda menundukkan diri dan menaruh semua ego dan gengsi anda, ketika nubuatan itu datang dari orang yang ‘kelihatannya’ dalam kondisi jasmani yang tidak lebih baik dari anda?? dibutuhkan kerelaan hati untuk mau dibentuk dan dipoles. Mampukah kita melewati sebuh kondisi yang memaksa kita untuk menjadi domba yang kelu. Ijinkanlah Tuhan mengobati semua luka hati anda.
Pemurnian itu bisa terjadi melalui berbagai macam bentuk dan cara :
1.       Melalui pemimpin anda
2.       Melalui keluarga anda
3.       Melalui sahabat anda
4.       Melalui semua aspek kehidupan di sekeliling kita
Jadi ketika anda diremukkan oleh pemimpin anda, keluarga anda atau sahabat anda, jangan berfikir bahwa anda dihabisi Tuhan. Tapi ingatlah bahwa Tuhan ingin memurnikan hati kita. Semua bukan untuk Tuhan, tapi untuk kebaikan kita sendiri. Ingatlah saat kondisi kita sedang di bawah, jatuh dan terpuruk, sebenarnya kedagingan kitalah yang dihabisi agar apa yang murni dan wangi itu keluar dari tubuh kita dan menjadi dupa yang harum di hadapan Bapa. Iblis selalu memutar balik keadaan. Menganggap bahwa Tuhan ijinkan kondisi buruk menimpa kita untuk menghabisi kita karena Tuhan tidak sayang dan tidak mengasihi kita. Tapi sebenarnya kita sedang dikuliti dan dikelupas semua kenajisan kita sehingga keluar semua yang kotor dan yang tidak berkenan. Dan itulah saat kita dalam kondisi kritis dimana ujian yang sebenarnya sedang terjadi. Tuhan sedang menguji, apakah reaksi hati kita yang sebenarnya. Dan itu menentukan hidup kita di masa datang. Belajarlah bereaksi dengan benar. Bila anda tidak tau bagaimana harus bersikap, lebih baik diam. Tidak perlu menilai segala sesuatunya. Berdiam dirilah dan berdoa, itu jauh lebih baik.
  1. Ujian ketaatan
Ini adalah ujian tahap akhir. Ujian dimana kita sudah sampai pada ujian kenaikan kelas/ next level. Ini adalah ujian terberat. Dimana anda dituntut memiliki sebuah hati hamba. Mudah sekali menyanyikan lagu hineni/ hati hamba. Tapi pada kenyataannya, pada ujian kenaikan kelas ini, banyak anak Tuhan yang gagal. Ujian ketaatan akan muncul pada saat anda telah mendengar ‘suara Tuhan berkata A’, dan Ia ingin mengetahui apakah anda mengikuti untuk melakukan tindakan A yang dimaksudkan atau justru menentangNya.  Tidak semudah apa yang anda bayangkan. Mungkin anda berfikir, ah.. ini hanya dalam hal kecil ‘taat bangun, saat Tuhan membangunkan anda tengah malam’. Atau taat dalam hal memilih asesoris yang akan anda kenakan. Tapi ternyata jauh lebih kompleks dari yang anda bayangkan. Lebih menyangkut harga diri dan keakuan.Di manakah letak hati anda? Ketika Tuhan meminta sesuatu yang sangat anda sayangi/ senangi. Relakah anda meletakkan semua kesukaan anda dan meninggalkannya dan memilih mengikut Tuhan?  Relakah anda meletakkan hobby berchatting ria dengan semua kesenangannya? Relakah anda meletakkan semua keinginan anda untuk tinggal bersama selingkuhan anda yang lebih dalam segala hal dibanding suami/istri anda? Relakah anda meletakkan pekerjaan anda ketika Tuhan memintanya? Relakah anda mengakui segala kebodohan anda di hadapan semua orang yang pernah anda lukai dan memohon ampunan mereka ketika Tuhan meminta anda melakukannya? Relakah anda melepaskan semua atribut sempurna anda? Dan melakukan semua yang Tuhan minta dalam ‘ketepatan’. Tepat menurut waktu Tuhan. Tepat menurut kehendak Tuhan. Tepat menurut kesukaan Tuhan. Tepat menurut anugerah Tuhan. Bisakah?? Kenyataannya tidak semua orang dapat melakukannya. Saya pun bahkan nyaris gagal. Bila tanpa anugerahNya, saya pun tidak dapat lolos dalam ujian ini.
Oleh karena itu saudara-saudara, ingatlah bahwa begitu beratnya ujian yang akan kita lewati setiap kita selesai mengerjakan sebuah ‘tema’ yang Tuhan tetapkan. Mari kita berlari-lari kepadaNya dan mengejar Dia agar kita bisa menyelesaikan segalanya dengan tepat dan tuntas.  Dan ingatlah satu hal, reaksi hati kita menentukan hidup kita selanjutnya.
-Tuhan Memberkati-